Minggu, 01 Januari 2012

Waspadalah STRES di Otot Jantung

BROKEN HEART SYNDROME (BHS) memang belum populer di masyarakat. Dokter sering mengira sebagai sindrom koroner akut, sebab gejalanya mirip. Terlebih lagi, gejalanya juga mirip infark miokard akut dan gagal jantung kongestif.

  Mulanya nyeri dada, namun terlambat sesaat, maka maut menyapa....

BHS sering dijumpai pada 86-100% wanita berusia 63-67 tahun. Penyakit ini banyak ditemukan wanita setelah menopause, karena kadar cardioprotective estrogen setelah menopause berkurang. Meski demikian, dapat dialami siapapun, dan usia berapa pun.

DETEKSI DINI
Para ahli telah sepakat bahwa stensor (tekanan) berat sebagai faktor pemicu BHS. Stresor itu dikelompokkan menjadi stres emosional dan stres fisik. BHS bukan disebabkan oleh penyakit sumbatan pembuluh darah arteri koroner. Penyebab pasti masih menjadi misteri. Meski demikian, ada beberapa hipotesis. Hipotesis microvascular dysfunction menyatakan terdapat gangguan fungsi pembuluh darah arteri korener pada level mikrovaskuler yang menyebabkan kelainan otot jantung.
Hipotesis lain mengungkapkan terjadinya peningkatan kadar plasma katekolamin dan kepadatan beta adrenoreseptor di ujung jantung. Hal ini menjelaskan mengapa kerentanan ujung jantung meningkat terhadap katekolamin yang berefek toksik/meracuni.
Kadar katekolamin pria lebih tinggi daripada wanita, namun wanita memiliki respon yang berlebihan sehingga kadar katekolamin meningkat. Penyebab lain,berupa : stimulasi saraf simpatis yang berlebihan, kejang pembuluh darah arteri koroner lapisan jantung, gangguan fungsi dan kejang jantung mikrovaskuler yang menyebar, neuropeptida yang berkaitan dengan stres, ketidaknormalan bentuk anatomis pembuluh arteri koroner, penyempitan pembuluh darah koroner, menyebabkan aliran darah berkurang atau menghilang sesaat.

POTRET KLINIS
Pada penderita BHS terjadi gangguan fungsi bilik jantung yang diakibatkan suplai darah ke otot jantung berkurang sebab pembuluh darah arteri tersumbat. Hal ini berkaitan dengan ketidakcukupan aliran darah di pembuluh arteri koroner. Penderita merasa nyeri dada, dapat disertai sesak, sulit bernafas,jantung berdebar cepat dan tak teratur, berkeringat banyak, mual, hipotensi, hilang kesadaran sementara hingga pingsan. Sering didahului oleh faktor pemicu yang tidak selalu berupa stres.



TERAPI
Yang utama adalah terapi suportif, karena gangguan fungsi bilik jantung kiri dapat normal kembali dalam beberapa minggu. Terapi ini bertujuan untuk mengurangi gejala, memperbaiki kondisi fisiologis, psikologis dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Obat seperti : aspirin, nicorandil, prazosine, propanolol, verapamil, diltiazem, dan golongan angiotensin converting enzym (ACE) inhibitor direkomendasikan dokter sesuai indikasi. Trimetazidine dipilih dokter sebagai obat tunggal atau dikombinasikan dengan antiangina termasuk beta blocker dan calcium antagonist.
Bila penderita BHS mengeluh nyeri dada, ada perubahan EKG dan ada ketidaknormalan pergerakan dinding bilik kiri jantung yang kemungkinan besar menderita infark miokard akut, maka dokter mempersiapkan angioplasty primer. Pemberian aspirin, clopidegrel, nitrat, heparin intravvena, dan beta blocker segera dimulai. Setelah diagnosis BHS dipastikan, antiplatelet dan nitrat dihentikan. Jika terjadi gagal jantung kongestif atau pembengkakan paru-paru, maka dokter memnerikan diuretik. Obat lain juga diperlukan, seperti : suplementasi oksigen, nitrat, analgesik, dan inotropik. Bila disertai cemas, maka dokter mempertimbangkan pemberian obat golongan anxiolytic.




SELAMATKAN JANTUNG KITA..INGAT LEBIH BAIK MENVEGAH DARIPADA MENGOBATI. SEBELUM SEMUANYA TERJADI, KITA JAGA JANTUNG KITA.....






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INSERT DESIRED BLINKING TEXT HERE